Ribuan Syuhada lahir saat Perang
Aceh melawan Belanda yang masih berkecamuk dengan hebat hingga 1926.
Pada Masa ini, perang tak lagi dipimpin Sultan Muhammad Dawood Syah tapi
dipimpin oleh Ulama, Saat itu Terjadi berbagai penyergapan terhadap
patroli maupun tangsi Militer Belanda. Salah satunya yang tercatat pada
awal tahun 1902, di wilayah Tambue, kecamatan Simpang Mamplam Kabupaten
Bireuen sekarang.
Saat itu 8 orang “Teungku” bersenjata
“peudeueng raya” (Kelewang) menghadang sebuah patroli Pasukan Marsose
yang berjumlah 24 orang dgn senjata api. Marsose adalah pasukan anti
gerilya yang berasal dari pemuda pribumi daerah taklukan yg dibentuk
pada tanggal 20 April 1890 untuk mematahkan gerak maju gerilya.
Entah
bagaimana ceritanya, delapan orang “Teungku” ini berhasil membunuh ke
dua puluh empat pasukan marsose yang bersenjata api dan terlatih tanpa
ada seorang pun korban dipihak “Teungku” Delapan. Banyak penulis
menuliskan ini karena taktik jitu yang di gunakan oleh para “Teungku
Delapan”, namun orang Aceh juga percaya ini adalah “karamah” para
“Teungku Delapan”.
Setelah berhasil membunuh ke dua puluh empat marsose yang dijuluki
orang Aceh sebagai “Blanda Itam”, mereka mengumpulkan senjata api para
marsose. Namun tiba-tiba pasukan Marsose dalam jumlah besar datang dari
kota Jeunieb (arah timur) dan menembaki Teungku Delapan hingga syahid.
Tak hanya sampai disitu, para marsose yang melihat dua puluh empat
rekan mereka terbunuh menjadi histeris dan melampiaskannya dengan
mencincang2 jenazah delapan orang Teungku tadi menjadi puluhan potong.
Menurut masyarakat sekitar, potongan2 jenazah ke delapan Pahlawan ini
dimakamkan dalam satu liang.
Berikut ini nama2 Teungku Syahid Di Lapan :
1. Tgk. Pahlawan Prang Rayeuk Djurong Binjei.
2. Tgk. Muda Lem Mamplam.
3. Tgk. Nyak Bale Ishak Blang Mane.
4. Tgk. Meureudue Tambeu,
5. Tgk. Bale Tambeu.
6. Tgk Apa Sjech Laot Jok Mamplam.
7. Tgk Muhammad Sabi Blang Mane.
8. Tgk Nyak Ben Matang Salem Blang Teumuleh.
2. Tgk. Muda Lem Mamplam.
3. Tgk. Nyak Bale Ishak Blang Mane.
4. Tgk. Meureudue Tambeu,
5. Tgk. Bale Tambeu.
6. Tgk Apa Sjech Laot Jok Mamplam.
7. Tgk Muhammad Sabi Blang Mane.
8. Tgk Nyak Ben Matang Salem Blang Teumuleh.
Sekarang, sudah 109 tahun kejadian
heroik ini terjadi, makam para Teungku Delapan atau yang lebih di kenal
di aceh dengan “Kubu Teungku Di Lapan/ Kubu Syahid Lapan” telah di pugar
dan terletak di tepi jalan raya Medan-Banda Aceh, tepatnya di desa
Tambue kecamatan Simpang Mamplam, ujung timur kabupaten Bireun. Provinsi
Aceh.
jika anda berangkat dari Medan menuju Banda Aceh menggunakan Bus
Umum, besar kemungkinan supir bus tsb akan mampir sejenak di makam
tersebut untuk memberi sedekah di kotak amal di depan makam. Kotak amal
ini untuk perawatan komplek makam yang dinaungi pohon asan besar yang
menurut masyarakat setempat 3 tahun lebih muda dari komplek makam.
Penulis menyaksikan dengan mata sendiri banyak sekali bus umum L-300
yang berhenti sejenak, bahkan truk Fuso juga tidak ketinggalan, bisa
dikatakan hampir seluruh pengguna jalan “menghormati dan mencintai”
makam ini.
Penulis juga menyaksikan sebuah keluarga yang melakukan “peuglah
kaoy” (melepas nazar) di balai2 khusus peziarah di samping timur makam.
Memang makam ini tidak pernah sepi dari para peziarah yang “ngalap
berkah” (Tafaaul dan Tabaruk) karena dipercaya sebagai makam keramat
para syuhada yang Syahid dalam “Prang Sabi”. (Perang Sabil)
Tepat di seberang jalan komplek makam,
berdiri pula Mushalla yang diberi nama tafaaul yaitu “Mushalla Syahid
Lapan” yang mungil dan cantik, tak lupa pula sebuah tugu dengan kupiah
meukutop ( topi adat aceh ) berdiri di samping Mushalla, tugu ini nampak
dari jarak 1 Km saat kita menuruni bukit Cot Geulungku seolah
mengucapkan selamat datang bagi “tamu” dari arah Timur (Medan) yang
menuju Barat (Banda Aceh).
Makam ini menjadi bukti atas patriotisme Delapan orang Teungku yang
gagah berani dalam mempertahankan tanah air dan bersemboyan “udep sare
mate syahid, sikrek gaphan saboh keureunda” (hidup damai atau mati
syahid, secarik kain kafan satu keranda)
Jika anda berkunjung ke Aceh, jangan lupa “mampir” ke sini ya. . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar